Translate

Powered by FeedBurner

Sunday, April 11, 2010

PERANG BANTEN Islam Vs Kristen

PERANG BANTEN

Kemenangannya dengan Sultan Hasanuddin pada tahun 1667, membawa tekad yang
lebih besar bagi Belanda untuk menundukkan Banten di bawah pimpinan Sultan Ageng
Tirtayasa. Strategi ini ditempuh, pertama, karena Banten adalah kekuasaan pemerintah
Islam yang paling dekat dengan Batavia, dan senantiasa bisa mengancam keamanan dan
ketenteraman Belanda di pusat pemerintahannya di Batavia. Kedua, Belanda telah
mengadakan perjanjian damai dengan pemerintahan Mataram di bawah pimpinan Sultan
Amangkurat I, putera Sultan Agung.

Sebelum konfrontasi bersenjata antara Belanda dengan Banten dibicarakan, sebaiknya
diketahui tentang kondisi pemerintahan Islam di bawah pimpinan Sultan Ageng
Tirtayasa. Ia naik tahta kesultanan Banten pada tahun 1651, menggantikan ayahnya
Sultan Abul Fath. Sejak kepemimpinannya, Banten telah naik kembali harkat dan
martabatnya, sehingga kehidupan ekonomi berjalan sangat baik, pelabuhan Banten
ramai dikunjungi oleh kapal-kapal dagang dari Philipina, Jepang, Cina, India, Persia dan
Arab. Islamisasi berjalan dengan sangat mantap, berkat kehadiran seorang ulama besar
dari Makasar yang bernama Syeikh Yusuf. Perannya yang besar, dalam peningkatan
Islamisasi di Banten; menyebabkan ia diambil menjadi menantu oleh Sultan.

Setelah sepuluh tahun memerintah dengan sukses, Sultan mencoba menyiapkan
penggantinya yaitu puteranya Pangeran Ratu untuk memegang kekuasaan di dalam
negeri.

Untuk meningkatkan komunikasi dengan dunia Islam, Sultan pada tahun 1674 telah
mengutus puteranya Pangeran Ratu atau dengan sebutan Sultan Abu Nashr Abdul
Qahhar untuk melawat ke dunia Islam dan sekaligus naik Haji ke Mekah. Perjalanan ini
memakan waktu kurang lebih dua tahun.

Sekembalinya dari perlawatannya, ia diberikan kembali jabatan sebagai Sultan Muda,
yang memerintah dalam negeri Banten, dengan sebutan Sultan Haji. Pergaulannya
dengan para pejabat dan pengusaha Belanda yang mempunyai loji di Banten
mempengaruhi pandangan hidupnya. Apalagi setelah diketahui bahwa adiknya pangeran
Purbaya, yang mempunyai watak dan akhlaq menyerupai ayahnya dan lebih disenangi
oleh para bangsawan Banten, menumbuhkan rasa kecurigaan, jika pengganti ayahnya
itu akan beralih kepada adiknya. Perasaan kecurigaan dan ambisinya yang cepat
menjadi sultan penuh, mendapat tanggapan positif oleh Belanda, yang sehari-harinya
banyak bergaul dengan Sultan Haji. Persekutuan atau lebih tepat persekongkolan antara
Sultan Haji dengan Belanda untuk menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa dan Pangeran
Purbaya berjalan dengan rapi.

Peristiwa perompakan atau pembajakan kapal milik Banten yang pulang dari Jawa
Timur oleh kapal-kapal Belanda, menimbulkam amarah Sultan Ageng Tirtayasa,
sehingga ia menyatakan perang kepada Belanda. Kebijaksanaan ini ditentang keras oleh
anaknya Sultan Haji. Bahkan atas bantuan Belanda pada tanggal 1 Maret 1680, Sultan
Haji menurunkan ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa dari kesultanan dan mengangkat
dirinya menjadi Sultan Banten.


Tindakan pemecatan Sultan Ageng Tirtayasa menimbulkan reaksi besar dari para
bangsawan Banten di bawah pimpinan Pangeran Purbaya dan para ulama dan rakyat di
bawah pimpinan Syeikh Yusuf. Secara spontan rakyat Banten tidak mengakui
kepemimpinan Sultan Haji di Banten. Dan sebaliknya mereka berkumpul dihadapan
Sultan Ageng Tirtayasa untuk menyatakan kesetiaannya dan bersedia berperang untuk
menurunkan Sultan Haji dan Belanda-Kristen yang menjadi biang keladinya.

Pasukan Sultan Ageng Tirtayasa telah berhasil menguasai seluruh Banten, kecuali istana
Sultan Haji yang dikelilingi oleh benteng pertahanan yang kuat. Dalam situasi seperti
itu, sesuai dengan persekongkolannya dengan Belanda, Sultan Haji meminta bantuan
pasukan Belanda, yang berpangkalan tidak jauh dari pantai Banten. Dengan seketika itu
pula armada pasukan Belanda-Kristen di bawah pimpinan Laksamana De Saint Martin
pada tanggal 8 Maret 1680 mendarat di Banten. Untuk memperkuat pasukannya,
Belanda mengirimkan lagi satu armadanya di bawah pimpinan Laksamana Tak.

Pada tanggal 7 April 1680 pagi-pagi buta pasukan Sultan Ageng di bawah pimpinannya
langsung, didampingi oleh anaknya pangeran Purbaya dan menantunya Syeikh Yusuf
melakukan serangan umum yang mematikan, terhadap kehidupan Sultan Haji dan
pasukan Belanda. Dalam keadaan yang sangat kritis, Laksamana Saint Martin dan Tak
menyodorkan 'surat perjanjian' kepada Sultan Haji untuk ditanda-tangani, jika bantuan
pasukan Belanda diperlukan oleh Sultan. Untuk mempertahankan hidupnya dan
kekuasaannya, Sultan Haji menanda-tangani surat perjanjian yang sangat merugikan itu
untuk selama-lamanya.

Setelah perjanjian selesai ditanda-tangani, mulailah pertempuran dahsyat antara pasukan
Sultan Ageng Tirtayasa dengan pasukan Belanda meledak. Meriam-meriam besar milik
pasukan Belanda-Kristen dimuntahkan sebanyak-banyaknya ke tengah-tengah pasukan
Sultan Ageng Tirtayasa, sehingga menimbulkan korban yang banyak sekali, gugur
menjadi syuhada. Kekuatan senjata yang sangat tidak seimbang, mengakibatkan
pasukan Sultan Ageng mengalami kekalahan besar dan akhirnya ia, bersama
pasukannya mengundurkan diri ke istananya di Tirtayasa dekat Pontang.

Tetapi tidak lama kemudian pasukan Belanda mengejarnya dan mengepung kota
tersebut. Atas perintah Sultan Ageng, istana di bumi hanguskan, dan ia bersama
Pangeran Purbaya dan Syeikh Yusuf serta pasukannya mengundurkan diri ke pedalaman
dan membuat markasnya di Lebak (Rangkasbitung). Dari sini Sultan Ageng
melancarkan pertempurannya dengan Belanda selama hampir setahun. Tetapi kemudian
dalam pertempuran itu kerugian senantiasa diderita oleh pasukan sultan, bahkan Syeikh
Yusuf sendiri tertangkap.

Karena sudah tidak ada lagi kekuatan untuk melanjutkan peperangan, akhirnya pada
bulan Maret 1683, Sultan Ageng Tirtayasa menyerah dan ia ditawan oleh Belanda di
Batavia sampai wafatnya pada tahun 1695. Syeikh Yusuf yang ditangkap oleh Belanda
dibuang mula-mula ke Sailan (Ceylon), kemudian ke Afrika Selatan dan di sana ia
wafat, sedangkan Pangeran Purbaya meneruskan perjuangannya dengan bergerilya di
daerah Periangan, tetapi akhirnya juga menyerah.

Selanjutnya, isi perjanjian antara Belanda dengan Sultan Haji, yang ditanda-tangani
pada saat-saat genting itu berisi antara lain:


(a) Semua hamba-sahaya (budak) milik Belanda yang lari melindungi diri ke Banten,
wajib dikembalikan kepada Belanda;
(b) Orang-orang Belanda yang membelot ke Banten dan bekerja untuk kepentingan
Banten, seperti Cordeel, wajib diserahkan kepada Belanda;
(c) Banten tidak boleh turut campur tangan dalam masalah-masalah politik di Cirebon
dan daerah-daerah lain yang berada di bawah wewenang Mataram;
(d) Segala kerugian yang diakibatkan oleh bajak laut dan sabotase oleh Banten terhadap
milik Belanda, wajib ganti rugi dibayar oleh Banten;
(e) Orang-orang asing tidak dibenarkan untuk melakukan kegiatan ekonomi di Banten,
kecuali orang-orang Belanda.
Sultan Haji yang mengangkat dirinya menjadi sultan Banten sejak tanggal 1 Maret 1680
sampai wafatnya tahun 1687, pada hakekatnya telah menjadi bawahan Belanda-Kristen
dan menyerahkan Banten ke bawah telapak jajahan Belanda dengan menumpahkan
darah ayahnya dan saudara-saudaranya sendiri serta rakyat Banten.

Setelah Sultan Haji wafat pada tahun 1687, ia digantikan oleh puteranya dengan gelar
Abu Fadl Muhammad Yahya. Pada tahun 1690, baru tiga tahun ia bertahta, Sultan
Yahya wafat pula dan digantikan oleh adiknya Abu Mahasin Zainal Abidin. Gelar
sultan setelah kekuasaan Sultan Haji pada dasarnya hanya 'sultan boneka Belanda',
sebab yang berkuasa sebenarnya adalah Belanda.

Selanjutnya berdasarkan keputusan pemerintah Belanda di Nederland, pada tahun 1798
Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang didirikan sejak tahun 1606
dinyatakan bubar; segala hak-milik dan hutang-hutangnya seluruhnya diambil alih oleh
Pemerintah Belanda. Keputusan itu berlaku terhitung mulai tanggal 31 Desember 1799.
Selanjutnya daerah kekuasaan VOC di Indonesia dikuasai langsung oleh pemerintah
Belanda dengan jalan membentuk pemerintahan jajahan dengan nama 'Nederlandsch
Indie' (Hindia Belanda).

Dengan keputusan ini, secara resmi Indonesia merupakan daerah jajahan Belanda.
Untuk mengelola Hindia Belanda ini, maka pada tanggal 28 Januari 1807 Herman
Willem Daendels telah diangkat menjadi Gubernur Jenderal, yang mulai berlaku pada
hari keberangkatannya dari Nederland ke Indonesia yaitu pada tanggal 18 Februari
1807. Ia baru tiba di Indonesia pada tanggal 1 Januari 1808 dan pada tanggal 15 Januari
1808 timbang-terima dari Gubernur Jenderal Wiese sebagai pejabat tertinggi V OC
terakhir dengan Gubernur Jenderal H.W. Daendels sebagai penguasa tertinggi Hindia
Belanda dilangsungkan di Batavia.

H.W Daendels yang mempunyai tugas utama mengkonsolidir kekuatan militer Hindia
Belanda untuk menghadapi kemungkinan serangan Inggris, maka pekerjaan pertama
adalah membuat pelabuhan armada perang yang berpusat di ujung Kulon dan Merak,
Banten-Jawa Barat. Untuk melaksanakan proyek ini H.W Daendels telah mengerahkan
ribuan tenaga kerja paksa yang terdiri dari rakyat Banten. Kerja paksa (rodi) yang di
luar batas kemanusiaan mengakibatkan tidak kurang 1500 orang telah meninggal dunia.
Melihat nasib rakyat yang malang ini, Sultan Abdul Nasar dan Patih Wargadireja dari
Banten menolak untuk turut serta melanjutkan proyek tersebut dengan jalan tidak lagi
mau mengirimkan tenaga kerja ke sana. Penolakan sultan ini menimbulkan amarah
Gubernur Jenderal, sehingga ia mengirimkan pasukan militer untuk menangkap Patih
Wargadireja; yang dianggap sebagai pimpinan pembangkang, dan memerintahkan


sultan untuk memindahkan istananya ke Anyer serta harus mengirimkan setiap hari
1000 tenaga kerja paksa ke proyek-proyek Daendels.

Pasukan Belanda yang dikirimkan kepada sultan disergap oleh prajurit dan rakyat
Banten, kemudian dibunuh semuanya. Benteng Belanda yang ada di sekitar istana dan
pegawai-pegawai Belanda yang diperbantukan di istana sultan semuanya diserbu dan
dibunuh. Perlawanan terhadap tindakan sewenang-wenang penguasa kolonial Belanda
yang bersifat putus asa telah berkembang menjadi huru-hara yang menyulut seluruh
Banten.

Dalam menghadapi gerakan perlawanan Sultan Banten ini, H.W. Daendels telah
mengirimkan pasukan militer yang besar sekali dari Batavia. Ibukota kesultanan Banten
diserang habis-habisan dengan jalan pembunuhan massal dan perampokan harta milik
rakyat Banten yang seluruhnya dilakukan oleh pasukan Belanda. Patih Wargadireja
yang mati tertembak dalam pertempuran itu, jenazahnya dilemparkan ke laut oleh
tentara Belanda. Sultan Abdul Nasar ditangkap dan dibuang ke Ambon dan seluruh
daerah kesultanan dirampas, serta langsung dalam penguasaan Belanda dari Batavia.
Untuk basa-basi putera mahkota diangkat menjadi Sultan Banten dengan gelar Sultan
Muhammad Aliuddin, yang berkuasa atas sebagian kecil saja dari daerah kesultanan
Banten.

Kekejaman dan kebiadaban yang dilakukan oleh pasukan Belanda tidak menyebabkan
matinya ruhul jihad (semangat berjuang) untuk melawan setiap bentuk kezaliman dan
ketidak-adilan yang dilakukan oleh penjajah kafir Kristen. Di bawah pimpinan Pangeran
Ahmad kekuatan perlawanan rakyat disusun kembali dan kali ini bukan hanya rakyat
Banten tetapi juga dengan mengikut sertakan rakyat Lampung. Potensi rakyat besar
yang disertai dengan tekad mati syahid di medan pertempurann perlawanan rakyat
Banten-Lampung ini sulit untuk dapat ditumpas oleh Belanda-Kristen. Berulang kali
pasukan militer Belanda yang dikirimkan dari Batavia untuk menghadapi perlawanan
rakyat Banten-Lampung di bawah pimpinan Pangeran Ahmad senantiasa kandas dan
gagal.

Perlawanan rakyat Banten-Lampung tambah seru, setelah H.W. Daendels membuka
proyek jalan raya dari Anyer sampai Panarukan yang Panjangnya kurang lebih 1000
km, dengan tenaga kerja rodi. Para pekerja yang terdiri dari antara lain rakyat Banten
dalam proyek jalan raya Anyer-Panarukan itu, tak ubahnya bagaikan budak belian yang
pernah dijumpai dalam zaman Romawi kuno. Perlakuan kejam dan sadis oleh pasukan
Belanda-Kristen ini, yang memperpanjang proses perlawanan rakyat Banten-Lampung.
Walau akhirnya, perlawanan Pangeran Ahmad dengan rakyatnya bisa ditumpas oleh
Belanda.

Kekejaman dan kebiadaban penguasa kolonial Belanda yang dilakukan di Indonesia,
selain pandangan hidup yang dimiliki dari ajaran Kristen, yang menganggap umat Islam
adalah keturunan palsu-penyembah syaitan dan manusia setengah monyet, juga karena
dasar untuk mengatur pemerintahannya hanya berorientasi kepada kekuasaan tanpa
hukum. Sebab hukum kolonial zaman VOC berkuasa yang ada hanya di Batavia dengan
nama 'Statuta Betawi', yang berlaku untuk daerah 'Bataviase Ommelanden', dengan
batas-batasnya:

- sebelah barat yaitu sungai Cisadane;
- sebelah utara yaitu teluk Batavia;
- sebelah timur yaitu aungai Citarum;
- belah selatan yaitu samudera Hindia.

Kemudian bagi beberapa daerah para penguasa VOC mencoba mengadakan kodifikasi
dari hukum adat, untuk mengadili penduduk yang tunduk pada hukum adat, misalnya:

(a) Kodifikasi hukum adat Cina yang berlaku bagi orang-orang Cina yang tinggal di
sekitar pusat kekuasaan VOC;
(b) Kodifikasi pepakem Cirebon, dimaksudkan berlaku bagi penduduk bumi putera
(penduduk asli) di Cirebon dan sekitarnya;
(c) Kodifikasi Kitab Hukum Mogharraer yang berlaku bagi penduduk bumi putera di
Semarang dan sekitarnya;
(d) Kodifikasi hukum adat Bone dan Goa, yang berlaku bagi penduduk bumi putera
Bone dan Goa.
Dari fakta-fakta tentang hukum positif yang digambarkan di atas jelas bahwa penguasa
VOC sebagai penguasa kolonial dalam mengatur daerah jajahannya (Indonesia) dari
sejak tahun 1606 sampai dengan tahun 1798 semata-mata berdasarkan 'kekuasaan' dan
bukan berdasarkan hukum.

Begitu pula penguasa Hindia Belanda yang mewarisi Indonesia sebagai daerah jajahan
dari VOC tidak mendasarkan pemerintahannya dengan hukum, tetapi semata-mata
berdasarkan kepentingan kekuasaan. Sebab baru pada tanggal 16 Mei 1846 penguasa
Hindia Belanda melalui Keputusan Raja Belanda di Nederland telah mengeluarkan
pengumuman Pengaturan Baru Tata Hukum di Indonesia, yang dimuat di dalam STB
1847, No. 23.

Pada saat berlakunya 'Tata Hukum Baru' itu maka terhapuslah ketentuan Hukum
Belanda Kuno dan Hukum Romawi; demikian juga segala peraturan dengan nama
'verordeningen, reglementen, publication, ordonansien, instruksien, plakkaten, statuten,
costumen; dan pada umumnya segala peraturan hukum, baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis, yang di Indonesia mempunyai kekuatan hukum, sepanjang tidak tegas dipertahankan
untuk seluruh Indonesia atau sebagiannya.

Pada pasal 1 dari keputusan Raja Belanda itu, mengatur antara lain tentang:

(a) Ketentuan umum tentang perundang-undangan;
(b) Peraturan tentang susunan kehakiman dan kebijaksanaan pengadilan;
(c) Kitab Hukum Perdata;
(d) Kitab Hukum Dagang.
Sedangkan pengaturan tentang Hukum Pidana termuat dalam pasal 8 dari keputusan raja
tersebut di atas.

Tetapi penyusunan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) baru dapat
direalisasikan pada tahun 1886, di mana pada waktu itu negeri Belanda telah membuat
Kitab Undang-undang Hukum Pidana sendiri yang bernama 'Nederlandsch Wetboek
van Strafrecht'.

Bagi Indonesia yang menjadi daerah jajahan Belanda dengan Hindia Belanda sebagai
penguasanya, waktu itu dibuatkan pula Kitab Undang-Undang Hukum Pidana guna
masing-masing golongan sendiri-sendiri, yaitu:

(a) Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch Indie untuk golongan penduduk Eropa,
ditetapkan dengan Koninklijk Besluit tertanggal 10 Februari 1886; berisi mengenai
tindak kejahatan saja;

(b) Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch Indie untuk golongan penduduk bumi
putera dan timur asing, ditetapkan dengan Ordonansi 6 Mei 1872, berisi hanya
mengenai tindak kejahatan saja;
(c) Algemeene Politie Strafreglement untuk golongan penduduk Eropa, ditetapkan
dengan Ordonansi tertanggal 15 Juni 1872, yang berisi hanya tentang tindak
pelanggaran saja;
(d) Algemeene Politie Strafreglement untuk golongan bumi putera dan timur asing,
ditetapkan dengan ordonansi tertanggal 15 Oktober 1915.
Uraian historis tentang hukum positif yang digunakan oleh penguasa kolonial Hindia
Belanda di Indonesia; baru secara formal diatur pada tahun 1846, yang pelaksanaannya
baru bisa dilaksanakan pada tahun 1886. Dengan demikian penguasa Hindia Belanda
yang mengambil-alih kekuasaan VOC pada tahun 1799 dan secara efektif baru berjalan
sejak Januari 1808, dengan Gubernur Jenderal Daendels sebagai penguasa tertingginya,
maka roda pemerintahan kolonial Belanda diatur semata-mata berdasarkan kekuasaan
sampai pada tahun 1886.

Oleh karena itu hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia selama hampir 100
tahun Hindia Belanda berkuasa, senantiasa tergantung pada selera dan keinginan
penguasa kolonial. Nilai benar dan salah, adil dan zalim, baik dan buruk seluruhnya
tergantung kepada pertimbangan akal dan hawa nafsu penguasa kolonial Belanda.
Kriteria mengenai benar dan salah, adil dan zalim, baik dan buruk sepenuhnya kembali
kepada benak dan perut penguasa kolonial Belanda. Dengan kata lain, hampir satu abad
penguasa Hindia Belanda berkuasa di Indonesia (dari 1799-1886) hukum yang berlaku
adalah hukum rimba.

Kekejaman dan kebiadaban yang pola contohnya telah diberikan oleh Gubernur
Jenderal Hindia Belanda H.W. Daendels adalah merupakan pola kekuasaan Hukum
rimba yang diwarisi turun-menurun oleh penguasa kolonial Belanda sampai mereka
angkat kaki dari Indonesia pada tahun 1949 penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada
Republik Indonesia.

Kekejaman dan kebiadaban yang tak terperikan itu, yang melahirkan perlawanan umat
Islam sepanjang masa, dalam periode kekuasaan kolonial Belanda.


Baca Juga Yang Ini 
Islam Vs Kristen Di Indonesia

Tuesday, January 12, 2010

Ummat Islam Melawan Penjajah Kristen Portugis dan Belanda

Ummat Islam Melawan Penjajah Kristen Portugis dan Belanda

Oleh: ABDUL QADIR DJAELANI
Anggota DPR RI 


TENTANG PENULIS

Abdul Qadir Djaelani dilahirkan di Jakarta (putera Betawi) pada tanggal 20 Oktober
1938, dari kalangan keluarga sederhana yang taat beragama. Pendidikan tingkat dasar
diperolehnya melalui Sekolah Rakyat 6 tahun dan Madrasah Diniyah 6 tahun (1947 1953).
Pendidikan tingkat lanjutan pertama ditempuh di Pendidikan Guru Agama
Pertama Negeri 4 tahun (1953-1957), kemudian dilanjutkan ke Pendidikan Guru Agama
Atas Negeri selama dua tahun yang berhasil diselesaikannya pada tahun 1959.

Setelah menamatkan pendidikan tingkat lanjutan ini, Fakultas Hukum dan Pengetahuan
Masyarakat ditekuninya sampai tingkat Doktoral II akhir, yaitu pada tahun 1959 hingga
1963. Namun cita-citanya untuk menyelesaikan Sarjana Hukumnya terpaksa terhenti,
karena dirinya ditahan oleh Pemerintah Orde Lama selama lebih dua setengah tahun.

Aktivitasnya dalam organisasi, selain pernah menjadi Ketua Umum Pelajar Islam
Indonesia (PII) Jakarta tahun 1960-1961, Sekretaris Jenderal Pengurus Syarikat Tani
Islam Indonesia (STII) pada tahun 1967-1972, Ketua I Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda
Islam (GPI) antara 1972-1975, Ketua Umum PP GPI tahun 1976 hingga 1996, Ketua
Umum Komite Kewaspadaan Nasional Muslimin Indonesia (KOWASNAMI), Ketua
Yayasan Pengkajian Islam Madinah Al-Munawwarah Jakarta, juga Ketua Parta Bulan
Bintang (PBB).

Aqbdul Qadir Djaelani beberapa kali keluar masuk penjara. Pada tahun 1960-1961,
karena menyebarkan pamflet tuntutan pembubaran PKI di seluruh Indonesia, mengikuti

jejak pembekuan PKI di selatan (Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi
Selatan), menyebabkan ia harus mendekam di tahanan militer Jakarta Raya.

Pada tahun 1963-1965, karena anti komunis dan dituduh menggagalkan pesta olehraga
Ganefo di Jakarta, kembali kehidupan tahanan dilaluinya di tahanan Badan Pusat
Intelijen (BPI) selama lebih dari dua setengah tahun.

Peranannya sebagai pemimpin demonstrasi meentang masuknya Aliran Kepercayaan,
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) dan Komite Nasional Pemuda
Indonesia (KNPI) ke dalam GBHN pada Sidang Umum MPR tahun 1978, menyebabkan
ia kembali menghirup udara tahanan selama dua setengah tahun, antara 1978-1981.

Terakhir, karena memelopori menentang Asas Tunggal Pancasila dan Rancangan
Undang-undang Keormasan dalam Siang MPR RI tahun 1983, ia masuk penjara dalam
waktu yang relatif lama, yaitu sembilan tahun, antara 1984-1993.

Dalam bidang profesi, dunia pendidikan rupanya menjadi pilihannya. Terbukti sejak
1959 ia telah mengajar di SD, SLTP dan SLTA, kemudian pada tahun 1969-1970 ia
aktif mengajar di Pondok Pesantren.

Pengalaman sebagai dosen luar biasa pada bidang studi agama Islam di Institut
Pertanian Bogor (IPB), antara tahun 1970-1978 dilanjutkan sebagai dosen pada
Perguruan Tinggi Da'wah Islamiyah (PTDI) Jakarta dan Perguruan Tinggi Islam
Assalafiyah (PTIA) Jakarta pada tahun 1981-1984, Rektor PTDII Jakarta merupakan
bukti besarnya minat di dunia pendidikan, disamping aktivitasnya sebagai mubaligh
sejak tahun 1959.

Dalam ikut mengisi khasanah perpustakaan Islam di negeri ini, tak kurang delapan judul
buku telah ditulis dan diterbitkan, antara lain:

-- Pemuda Islam Menggugat
-- Studi Islamica (karya bersama dengan dosen-dosen IPB)
-- Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia Menjelang Tahun 2000
-- Cendekiawan Muslim dan Perjuangan Kebenaran
-- Analisa Politik Dekade Delapan Puluhan
-- Peran pelajar Islam Indonesia dalam Kebangkitan Orde Baru
-- Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
-- Musuh-musuh Islam Melakukan Ofensif Terhadap Umat Islam Indonesia


DAFTAR ISI

BACA JUGA YANG INI





Tuesday, September 1, 2009

Lirik Lagu Adele

Set Fire To The Rain

I let it fall, my heart 
And as it fell, you rose to claim it
 It was dark and I was over
 Until you kissed my lips and you saved me 
My hands, they were strong, but my knees were far too weak 
To stand in your arms without falling to your feet
But there's a side to you that I never knew, never knew 

All the things you'd say, they were never true, never true 
And the games you'd play, you would always win, always win
 
But I set fire to the rain 

Watched it pour as I touched your face 
Well, it burned while
 I cried 
'Cause I heard it screaming out your name, 
 your name
  
When laying with you 

I could stay there 
Close my eyes, feel you here forever 
You and me together, nothing is better
'Cause there's a side to you that I never knew, never knew 

All the things you'd say, they were never true, never true 
And the games you's play, you would always win, always win
But I set fire to the rainWatched it pour as I touched your face
Well, it burned while I cried
'Cause I heard it screaming out your name, your name


 I set fire to the rain 
And I threw us into the flames 
When we fell, something died'
Cause I knew that that was the last time, the last time
 
Sometimes I wake up by the door 

That heart you caught must be waiting for you 
Even now when we're already over
 I can't help myself from looking for you
 

I set fire to the rain 
Watched it pour as I touch your face 
Well, it burned while 
I cried'Cause 
I heard it screaming out your name, your name

 I set fire to the rain
 And I threw us into the flames 
When we fell, something died'
Cause I knew that that was the last time, the last time, oh
Oh, noLet it burn, ohLet it burnLet it burn


 
Some one Like You

I heardThat you're settled downThat youFound a girlAnd you'reMarried now
I heardThat your dreams came true.Guess she gave you thingsI didn't give to you
Old friendWhy are you so shy?Ain't like you to hold backOr hide from the light
I hate to turn up out of the blue uninvitedBut I couldn't stay away, I couldn't fight it.I had hoped you'd see my face and that you'd be remindedThat for me it isn't over




Dont you Remember

When will I see you again?You left with no goodbye, not a single word was said,No final kiss to seal any seams,I had no idea of the state we were in,
I know I have a fickle heart and bitterness,And a wandering eye, and a heaviness in my head,

 
But don't you remember?Don't you remember?The reason you loved me before,Baby, please remember me once more,

 
When was the last time you thought of me?Or have you completely erased me from your memory?I often think about where I went wrong,The more I do, the less I know,
But I know I have a fickle heart and bitterness,And a wandering eye, and a heaviness in my head,

 
But don't you remember?Don't you remember?The reason you loved me before,Baby, please remember me once more,

 
Gave you the space so you could breathe,I kept my distance so you would be free,And hope that you find the missing piece,To bring you back to me,

 
Why don't you remember?Don't you remember?The reason you loved me before,Baby, please remember me once more,

 
When will I see you again?
  

Saturday, August 1, 2009

Naruto Shippuden Episode 152 - 175


Pertama Saya mengucapkan terima kasih kepada uploader anonymous-bunshin 
yang telah membagikan film ini

Dan File yang di Upload Merupakan File yang di bagi 2 menggunakan sofwere HJSPLIT
Download sofwerenya DISINI ,
Dan cara menggunakanya: 
setelah kalian men download kedua file mkv coba kalian buka sofwere HJ Splitnya lalu
 Klik JOIN pada sofwere HJSPLIT lalu pilih File yang belakanya MKV.001saja, lalu klik star,Tunggu sampai proses selesai,setelah itu baru putar videonya.

Di Naruto episode ini di mulai dari episode 152 - 175, Dimana saat naruto merasa sedih atas kehilangan gurunya Jiraiya, dan di episode ini pun Naruto mulai belajar jurus gurunya.

OK Kita mulai untuk mendownload Film nya Di bawah ini

Naruto Shippuden Season 8
Two Savior 
Sub Indonesia

Tuesday, June 16, 2009

Naruto The Movie And Episode Sub Indonesia

Pertama Saya mengucapkan terima kasih kepada uploader  
        anonymous-bunshin
         narutobleachlover 
  • narutolawas    
  • sins-shinobi 
  • naruchigo 
  • rasenshuriken52
  • saiyamansub 
  • Wazixx
  • Nofuzi Fansub
  • Anime Subtitle Indonesia 
  • Samehadaku
  • NSIF 
  • Ryuzakinote 
  • animeonline-ahmat 
  • Ribaz-Khurosaki 
  • downlovers-loadspot 
yang telah membagikan film ini

Dan File yang di Upload Merupakan File yang di bagi 2 menggunakan sofwere HJSPLIT
Download sofwerenya DISINI ,
 Atau Download sofwere penggabung Mkv.001 Disini ffsj

Dan cara menggunakanya: 
setelah kalian men download kedua file mkv coba kalian buka sofwere HJ Splitnya lalu
 Klik JOIN pada sofwere HJSPLIT lalu pilih File yang belakanya MKV.001saja, lalu klik star,Tunggu sampai proses selesai,setelah itu baru putar videonya.
Daftar Film Naruto Episode And The Movie
Sub Indonesia


Naruto Season 8 Two Savior  Episode 152 - 175

Naruto Shippuden Season 9 The Locus Of Conoha Episode 176 - 196

Naruto Shippuden 10 The Gathering of the Five Kage Episode 197 - 221

Naruto Shippuden Season 11 Paradise Life On a Boat Episode 222 - 241











Naruto Episode Terbaru
Perang Dunia Ninja Ke 4

 Naruto Episode 296    Naruto Masuk Ke medan Perang

Naruto Episode 297   "Harapan Ayah, Kasih Sayang Ibu" 




 

Naruto The Movie

The Movie 4 The Lost Tower 

The Movie 5  Blood Prison




Mohon maaf jika film ini tidak lengkap,
saya akan mencoba menambahkanya nanti 
jadi mohon bersabar saja

Terima Kasih Atas Kunjungannya

 


 



Wednesday, May 20, 2009

Link Teman

Link Teman ,ini bisa kalian kunjungi jika terdapat kekurangan informaasi
yang kalian cari 
terima kasih atas kunjunganya

Zero's Number V

 <div style="text-align: center;">
<a href="http://zerosnumber.blogspot.com/"><img alt="Zero's Number V" height="57" src="http://images.cooltext.com/2915031.png" width="292" /></a>




Pasang kode Di atas di blog kalian untuk back link
guna meningkatkan kerja sama dalam blogging



Download Anime Manga Subtitle Indonesia

Tuesday, October 7, 2008

[URL=https://cldmine.com/account/registration/13614][IMG]https://cldmine.com/assets/banners/en/728-90/1.gif[/IMG][/URL]